Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental
1. Kesehatan Mental Pada Zaman Prasejarah
Pada zaman prasejarah, manusia purba sering mengalami gangguan-gangguan baik mental maupun fisik seperti arthritis, penyakit pernapasan dan usus. Tetapi manusia purba tersebut benar-benar mengatasi penyakit mental. Ia memandang dan merawatnya sama seperti penyakit fisik. Baginya penyakit mental dan fisik disebabkan oleh penyebab yang sama, yakni roh-roh jahat, halilintar atau mantera-mantera musuh. Jadi, untuk penyakit bauk mental maupun fisik digunakan perawatan-perawatan seperti menggosok, menjilat, menghisap, memotong dan membalut. Atau dengan cara lain yang terpikirkan oleh kawan-kawannya, pemimpin-pemimpinnya, atau ia sendiri tetapi masih diperlakukan secara manusiawi.
2. Kesehatan Mental Pada Peradaban-peradaban Awal
Diantara peradaban Mesopotamia, Mesir, Yahudi,dll penyakit mental mulai menjadi hal umum. Di Mesopotamia, penyakit mental dihubungkan dengan setan-setan dan pengobatan atau perawatannya dilakukan dengan upacara-upacara agama dan magis agar setan keluar dari tubuh si pasien. Di Mesir, ilmu kedokteran agak lebih maju dan sangat rasional dalam beberapa hal, otak digambarkan untuk pertama kalinya dan diketahui juga peranannya dalam proses mental,dan disana juga dikembangkan terapi untuk pasien berupa rekreasi dan pekerjaan,serta diterapkan juga psikoterapi untuk mengobati penyakit mental. Sedangkan di Yahudi, penyakit mental diartikan sebagai suatu hukuman dari Allah dan perawatannya hanya dengan bertaubat kepada-Nya. Namun secara segi kemanusiaan juga diperhatikan pada masa-masa ini, yaitu didirikannya rumah sakit di Yerusalem untuk para pasien penyakit mental.
3. Kesehatan Mental Pada Abad Pertengahan ( Abad Gelap)
Pada abad pertengahan, banyak kebiasaan baik yang telah dibina dalam ilmu kedokteran sebelumnya tidak diteruskan,dan hal yang lebih buruk seperti takhayul dan ilmu tentang setan malah dihidupkan kembali. Exorcisme pada abad ini digunakan sebagai perawatan orang yang mengalami gangguan mental. Yaitu dengan menggunakan mantra- mantra dan jimat-jimat.
4. Kesehatan Mental Pada Zaman Renaisans
Pada zaman ini mungkin digambarkan sebagai “terang dalam kegelapan”. Di Switzerland, mengakui penyebab-penyebab penyakit mental dan menolak adanya demonology. Di Prancis, lebih menggunakan pendekatan yang manusia terhadapa para pasien sakit mental,menganggap bahwa penyakit mental tidak berbeda dengan penyakit fisik.
5. Kesehatan Mental Pada Abad XVII – Abad XX
Pada abad ini peralihan dan pendekatan demonologis ke pendekatan ilmiah terhadap penyakit mental tidak terjadi dalam waktu yang singkat. Disini dipusatkan pada klasifikasi dan system, suatu hal yang mungkin sama dengan analisis system. Di jerman, sangat menentang
kekangan-kekangan yang sangat kejam terhadap para pasien sakit mental dan menyarankan agar memberikan perawatan yang manusiawi terhadap orang-orang gila.
Perkembangan Kepribadian Menurut Freud dan Erik. H. Erikson.
Menurut Freud, kepribadian telah cukup terbentuk pada akhir tahun kelima, dan bahwa perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan elaborasi terhadap struktur dasar tersebut. Freud beranggapan bahwa kanak-kanak adalah ayahnya manusia “ The Child is the Father of Man” . Dalam menyelidiki masa anak-anak Freud tidak langsung menyelidiki anak-anak, melainkan kepada ingatan orang dewasa kepada masa kanak-kanaknya. Kepribadian berkembang sebagai respon terhadap empat sumber tegangan pokok, yakni :
1. proses-proses pertumbuhan fisiologis,
2. frustasi-frustasi,
3. konflik-konflik,
4. ancaman-ancaman.
Akibat dari tegangan yang ditimbulkan oleh sumber-sumber ini, maka sang pribadi terpaksa mempelajari cara baru untuk mereduksi atau mengurangi ketegangan yang dihadapi tersebut. Proses belajar inilah yang dimaksudkan dengan perkembangan kepribadian. Namun ada 2 cara yang digunakan individu untuk belajar mengatasi sumber-sumber tegangan tersebut, yakni : Identifikasi dan Pemindahan. Identifikasi didefinisikan sebagai metode yang digunakan orang untuk mangambil alih cirri-ciri orang lain dan menjadikannya bagian yang tak terpisahkan dari kepribadiannya sendiri. Kita memilih sebagai model orang-orang yang tampak lebih berhasil dalam memuaskan berbagai kebutuhan daripada kita. Contohnya ketika anak mengidentifikasikan diri dengan orang tua nya karena orang tua nya tampak segala-galanya. Ketika anak bertambah besar, mereka akan menemukan orang-orang lain yang prestasi-prestasi nya lebih sejalan dengan hasrat baru mereka untuk diidentifikasi. Setiap masa cenderung mempunyai tokoh-tokoh identifikasinya sendiri yang khas. Sedangkan pemindahan yang dimaksudkan yaitu menemukan objek yang mampu sedikit mengurangi tegangan yang tak tersalurkan. Namun, suatu objek pengganti jarang dapat memberikan kepuasan atau mereduksikan tegangan seperti objek asli nya, dan semakin objek pengganti itu berbeda dari yang asli, maka semakin sedikit tagangan yang direduksikan.oleh sebab itu terkadang objek yang digunakan untuk mereduksi suka berubah-ubah hingga menemukan yang cocok.
Sedangkan Erik H. Erikson berpendapat perkembangan berlangsung melalui tahap-tahap. Empat tahap pertama terjadi pada masa bayi dan kanak-kanak, tahap kelima pada masa adolescence, dan ketiga tahap terakhir terjadi pada masa dewasa dan usia tua. Apa yang terjadi pada tahap-tahap ini sangat penting bagi kepribadian dewasa dan masing-masing tahap ikut serta dalam membentuk seluruh kepribadian. Tahap – tahap tersebut, yakni :
1. Kepercayaan Dasar Vs Kecurigaan Dasar
Kepercayaan dasar yang paling awal terbentuk selama tahap sensorik-oral dan ditunjukan oleh bayi. Berkat kepercayaan dan keakrabannya dengan orang yang menjalankan fungsi keibuan, maka bayi mampu menerima bahwa orang tersebut mungkin tidak ada untuk sementara waktu. Melalui kontinuitas pengalaman dengan orang-orang dewasa bayi belajar menggantungkan diri dan percaya pada mereka, tetapi mungkin yang lebih penting ia belajar mempercayai dirinya sendiri. Kepastian semacam itu harus mengalahkan lawan negative dari kepercayaan dasar, yakni kecurigaan dasar.
2. Otonomi Vs Perasaan Malu dan Keragu-raguan
Pada tahap kedua ini anak mempelajari apakah yang diharapkan dari dirinya, apakah kewajiban dan hak nya disertai, apakah pembatasan-pembatasan yang dikenakan pada dirinya. Disini anak akan dituntut untuk bisa mengontrol diri sendiri dan dituntut untuk bisa menerima control dari orang lain dalam lingkungan. Orang dewasa akan membantu mengembangkan sifat otonomi dan akhirnya mandiri. Inilah tahap saat berkembangnya kebebasan pengungkapan diri dan sifat penuh kasih sayang. Rasa mampu mengendalikan diri akan menimbulkan dalam diri anak rasa memiliki kemauan baik dan bangga, sebaliknya rasa kehilangan control diri akan mengakibatkan perasaan malu dan keragu-raguan pada anak.
3. Inisiatif Vs KesalahaN
Tahap inisiatif adalah suatu masa untuk memperluas penguasaan dan tanggung jawab. Selama pada tahap ini anak menampilkan diri lebih maju dan lebih seimbang secara fisik dan kejiwaaan. Namun bahaya dari tahap ini adalah perasaan bersalah yang dapa menghantui anak karenaterlampau bergairah memikirkan tujuan-tujuan. Anak mulai ingin sekali belajar, dan mampu belajar dengan baik pada tahap ini. Ia berjuang untuk tumbuh dalam arti melaksanakan kewajiban-kewajiban dan menunjukan prestasi.
4. Kerajinan Vs Inferioritas
Pada tahap ini anak harus belajar mengontrol imajinasi nya yang sangat kaya, dan mulai menempuh pendidikan formal. Ia mengembangkan sikap rajin dan mempelajari ganjaran dari ketekunan dan kerajinan. Bahaya dari tahap ini adalah anak bisa mengembangkan perasaan rendah diri apabila ia tidak berhasil menguasai tugas-tugas yang diberikan oleh guru atau orang tuanya.
5. Identitas Vs Kekacauan Identitas
Selama masa adolescence, individu mulai merasakan suatu perasaan tentang identitasnya sendiri, perasaan bahwa ia adalah manusia unik. Inilah masa dimana ketika orang ingin menentukan siapakah ia pada saat sekarang dan ingin menjadi apakah ia di masa yang akan datang. Ini adalah masa untuk membuat rencana-rencana karier. Namun selama tahap pembentukan identitas seorang remaja, mungkin merasakan penderitaan akibat kekacauan identitas (peranan). Keadaan ini dapat menyebabkan orang merasa terisolasi, hampa, cemas, dan bimbang.
6. Keintiman Vs Isolasi
Pada tahap ini, orang dewasa awal ingin menyatukan identitasnya dengan orang lain. Mereka mendambakan hubungan yang intim dan akrab. Dan mereka membutuhkan seseorang untuk dicintai dan diajak mengadakan hubungan-hubungan seksual, dan dengan siapa seseorang dapat berbagi rasa dalam suatu hubungan kepercayaan. Bahaya nya pada tahap ini adalah kecenderungan menghindari hubungan karena mereka tidak mau melibatkan diri mereka dalam keintiman.
7. Generativitas Vs Stagnasi
Cirri tahap generativitas adalah perhatian terhadap apa yang dihasilkan, seperti keturunan, produk-produk, ide-ide. Nilai pemeliharaan berkembang pada tahap ini, terungkap pada kepedulian seseorang pada orang lain, dalam keinginan memberikan perhatian pada mereka yang membutuhkannya serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan mereka. Ini tercapai lewat kegiatan membesarkan anak dan mengajar, member contoh dan mengawasi.
8. Integritas Vs Keputusasaan
Tahap terakhir ini disebut integritas. Integritas dilukiskan sebagai suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara benda-benda, produk, dan ide-ide dan berhasil dalam menyesuaikan diri dengan keberhasilan dan kegagalan dalam hidup. Prestasi semacam itulah individu dapat menikmati keuntungan dari ketujuh tahap kehidupan. Dengan bangga mereka memelihara gaya hidupnya sendiri dan mempertahankannya dari berbagai potensi ancaman. Lawan dari integritas yakni keputusasaan dapat memperburuk perasaan bahwa kehidupan ini tak berarti, bahwa ajal sudah dekat, ketakutan dan bahkan keinginan untuk mati.
Kepribadian Sehat..??
Banyak pertanyaan mengenai arti kepribadian sehat. Banyak orang yang mengasumsikan dengan berbagai teori. Cukup banyak definisi tentang kepribadian sehat menurut beberapa pakar terkenal di dunia seperti yang dikemukakan oleh Gordon Allport dan Carl Rogers.
Allport mengemukakan, kepribadian yang matang tidak dikontrol oleh trauma-trauma dan konflik-konflik masa kanak-kanak. Orang yang sehat adalah orang yang bebas dari paksaan-paksaaan masa lampau. Pandangan orang yang sehat adalah ke depan, kepada peristiwa-peristiwa yang akan datang dan tidak mundur kembali kepada peristiwa masa kanak-kanak. Allport percaya bahwa hanya melalui pengalaman-pengalaman dan risiko-risiko yang menimbulkan tegangan baru ini, manusia dapat bertumbuh. Mereka yang sehat memiliki kebutuhan akan variasi, sensasi, dan tantangan baru. Mereka akan mencari pengalaman-pengalaman baru agar bisa menjadi pengalaman dalam hidupnya. Namun peran seorang ibu juga tidak kalah penting. Kekurangan perhatian pada anak akan menyebabkan anak menjadi agrerif, suka menuntut,dan pertumbuhan psikologis nya berkurang. Namun jika sejak kecil ia menerima keamanan, kasih sayang yang cukup, pertumbuhan positif akan terjadi sepanjang tingkat munculnya diri dan anak akan membentuk suatu identitas dan gambaran diri. Maka kedepannya pasti akan membentuk suatu kepribadian dewasa yang sehat dan matang.
Namun menurut Rogers pengalaman-pengalaman masa lampau dapat mempengaruhi cara bagaimana kita memandang masa sekarang yang akan mempengaruhi tingkat psikologis kita. Jadi pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak adalah penting. Menurut Rogers syarat utama timbulnya kepribadian yang sehat adalah penerimaan penghargaan positif tanpa syarat pada masa kecil. Ketika seorang ibu memberikan cinta dan kasih sayang nya tanpa memperhatikan bagaimana anak bertingkah laku. Cinta dan kasih sayang yang diberikan ibu secara bebas ini akan menjadikan sikap sang anak mengikuti norma lingkungan. Kepribadian yang sehat juga bukan merupakan suatu keadaan dari ada, melainkan suatu proses.dan juga suatu proses yang sukar dan kadang-kadang menyakitkan. Aktualisasi diri merupakan suatu ujian, rintangan dan pecutan terus menerus terhadap semua kemampuan seseorang. Kepribadian menurut Rogers juga yakni mereka yang benar-benar adalah diri mereka sendiri, bukan orang lain, bersembunyi di belakang topeng-topeng atau kedok-kedok yang berpura-pura menjadi sesuatu yang bukan diri mereka sendiri.
Daftar Pustaka
Siswanto. 2007. Kesehatan Mental : Konsep, Cakupan dan Perkembangannya. Yogyakarta : Andi Yogyakarta
Semium, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental. Yogyakarta : Kanisius
Scultz, Duanne. 1991. Psikologi Pertumbuhan : Model-model Kepribadian Sehat. Yogyakarta : Kanisius