Sabtu, 31 Maret 2012

ANAK & ORANGTUA

PERLAKUAN ORANG TUA DAN AKIBATNYA PADA ANAK





Penolakan-rejection perasaan tidak percaya pada dirinya, terasing, sering mencari perhatian lingkungan, bermusuhan dan sukar memperlihatkan/menerima afeksi/affection.






Pemanjaan egoistik, suka menuntut, toleransi pada frustasi sedikit saja, berontak pada pihak lain “berkuasa”, ingin diperhatikan berlebihan, kurang memperkembangkan rasa tanggung jawab.





Dominasi orang tua menurut saja (submissive), selalu merasa dirinya “kurang”, “tidak sesuai pada tempatnya”, ingin menggantungkan diri pada orang lain.






Ketentuan moral yang ketat dan keras kata hati/conscience yang ketat dan keras pula, kaku dan konflik dalam hati, perasaan bersalah dan berdosa, merasa kurang harga diri.



Disiplin terlampau keras sering mempersalahkan diri dan kebutuhan memperoleh “dukungan” pihak lain dalam menyelesaikan tugas. Sebaliknya, dapat bereaksi “mogok” dan “nekat” disebabkan rasa kebencian yang timbul dalam hatinya.


Disiplin tidak konsisten kaburnya dan kacaunya sistem nilai pribadi, cendrung tak konsisten, maju-mundur, dan kurang dapat dipercaya bila dihadapkan dengan problem atau konflik yang cukup mendalam.


Perkawinan yang sukar dan tidak harmonis (marital discord) anxietas/kecemasan, stres/ketegangan, kurang mantap kepercayaan diri, menganggap “dunia sekitarnya” dan “orang sekitarnya” kurang dapat dipercaya.


Perceraian (broken homes, divorce) stres/ketegangan, anxietas/cemas, merasa “terasing”, “rendah diri” , diombang-ambing antara loyalitas pada ayah atau ibu (kaum wanita atau pria) kurang menemukan “model idaman” untuk dicontoh, perkembangan kepribadian rapuh.




Orangtua neurotik/kestabilan mental cendrung “mengoper” hal-hal yang menjadi sumber kekhawatiran orang tuanya. Cendrung meniru reaksi-reaksi dari orang tuanya.







Persaingan keras antar-saudara sikap permusuhan yang terbuka/tertutup, kurang ketenangan hati, kurang percaya, cendrung bertingkah sebagai anak-anak.



KENALILAH TEMPERAMEN ANDA


Hipocrates (460-370 SM) sering disebut sebagai bapak dari ilmu pengobatan. Perhatian Hipocrates terhadap ciri-ciri temperamen menarik perhatian sebab problema penting ini agak diabaikan dalam dunia psikologi masa kini. Hipocrates membedakan adanya empat temperamen: sanguin, melankolik, kolerik dan flegmatik. 






 SANGUIN  selalu periang dan penuh pengharapan, menganggap segala sesuatu yang dihadapi amat penting, tapi dengan segera dapat melupakannya sama sekali sesaat kemudian. Ia ingin menepati janjinya tapi gagal melaksanakan keinginannya itu sebab ia tidak cukup berminat untuk menolong orang lain. Ia adalah seorang penghutang yang jelek yang terus menerus minta waktu untuk membayar. Ia amat luwes, pandai bergaul, dan periang. 
 KEKUATANNYA : 
  • Banyak bicara 
  • Ramah tamah 
  • Bersemangat 
  • Suka bergaul
  • Berbelas kasihan 
  • Riang 

 KELEMAHANNYA : 
  • Lemah kemauan 
  • Tidak tenang 
  • Gelisah 
  • Tidak disiplin 
  • Tidak dapat diandalkan 
  • Egosentris 
  • Bising 
  • Berlebihan 

 BAKATNYA : 
  • Aktor 
  • Pedagang 
  • Pembicara


MELANKOLIK menganggap segala sesuatu amat penting. Disegala tempat mereka menemukan alasan untuk merasa khawatir dan yang pertama mereka perhatikan dari sesuatu keadaan ialah kesulitannya. Ini dilakukannya tidak atas dasar pertimbangan ke akhlakan melainkan karena pergaulan dengan orang lain yang banyak membuat ia khawatir, berprasangka, dan sibuk berpikir, justru karna sebab itu rasa bahagia menjauhinya.

KEKUATANNYA :
  • berbakat
  • cermat
  • peka
  • perfeksionis
  • suka keindahan
  • idealistis
  • setia

KELEMAHANNYA :
  •     egosentris
  • -   pemurung
  • -   bersifat negative
  • -   teoritis
  • -   tidak praktis
  • -   tidak ramah
  • -   pendendam

BAKATNYA :
  • -   seniman
  • -   musikus
  • -   pencipta
  • -   ahli filsafat
  • -   maha guru


KOLERIK berkepala panas, mudah sekali dibangkitkan gairahnya, tapi mudah pula jadi tenang jika lawan yang dihadapinya mengaku kalah. Ia orang yang sibuk tapi tidak menyukai berada tepat di tengah kesibukan karna ia tidak tabah. Ia memilih untuk memberikan perintah tapi tidak mau diganggu dengan pelaksanaan dari perintah yang diberikannya. Ia menyukai penampilan, kemegahan dan formalitas, ia penuh dengan kebanggaan dan cinta diri sendiri. Ia kikir, sopan tetapi dengan upacara, ia sakit hati luar biasa jika orang lain menolak untuk ikut dalam kepura-puraannya.

KEKUATAN :
  • -      berkemauan keras
  • -      tekun
  • -      berjiwa bebas
  • -      optimis
  • -      praktis
  • -      produktif
  • -      tegas
  • -      berbakat pemimpin
KELEMAHANNYA :


  • -       peramah lalim
  • -       sarkastis
  • -       menguasai
  • -       tidak acuh
  • -       bangga
  • -       puas diri
  • -       tidak berperasaan
  • -       licik


BAKATNYA :
  • -       produsen
  • -       pemborong
  • -       pemimpin

FLEGMATIK  tidak adanya gairah, bukan kelemahan, mengatakan secara tidak langsung kecondongan untuk tidak mudah dan tidak cepat kena pengaruh. Orang seperti ini lambat jadi hangat tapi jika sudah hangat dapat bertahan hangat lebih lama. Ia bertindak atas dasar keyakinan bukan atas dorongan naluri. Temperamennya yang cerah dapat menggantikan ktidakhadiran kecerdikan dan kebijakan di dalam dirinya. Ia bertindak layak dalam bergaul dengan orang lain dan biasanya maju karna kegigihannya dalam mencapai sasarannya yang dikehendakinya sementara ia bergaya seakan-akan memberi jalan kepada orang lain.

KEKUATANNYA :
  • -         tenang
  • -         lembut hati
  • -         dapat diandalkan
  • -         efisien
  • -         konservatif
  • -         praktis
  • -         berbakat pemimpin

KELEMAHANNYA :
  • -         kikir
  • -         penakut
  • -         tidak tegas
  • -         penonton
  • -         suka melindungi diri sendiri
  • -         mementingkan diri

BAKATNYA :
  • -         diplomat
  • -         akuntan
  • -         guru
  • -         ahli tehnik





\


Selasa, 20 Maret 2012

Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental

Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental

1. Kesehatan Mental Pada Zaman Prasejarah

Pada zaman prasejarah, manusia purba sering mengalami gangguan-gangguan baik mental maupun fisik seperti arthritis, penyakit pernapasan dan usus. Tetapi manusia purba tersebut benar-benar mengatasi penyakit mental. Ia memandang dan merawatnya sama seperti penyakit fisik. Baginya penyakit mental dan fisik disebabkan oleh penyebab yang sama, yakni roh-roh jahat, halilintar atau mantera-mantera musuh. Jadi, untuk penyakit bauk mental maupun fisik digunakan perawatan-perawatan seperti menggosok, menjilat, menghisap, memotong dan membalut. Atau dengan cara lain yang terpikirkan oleh kawan-kawannya, pemimpin-pemimpinnya, atau ia sendiri tetapi masih diperlakukan secara manusiawi.

2. Kesehatan Mental Pada Peradaban-peradaban Awal

Diantara peradaban Mesopotamia, Mesir, Yahudi,dll penyakit mental mulai menjadi hal umum. Di Mesopotamia, penyakit mental dihubungkan dengan setan-setan dan pengobatan atau perawatannya dilakukan dengan upacara-upacara agama dan magis agar setan keluar dari tubuh si pasien. Di Mesir, ilmu kedokteran agak lebih maju dan sangat rasional dalam beberapa hal, otak digambarkan untuk pertama kalinya dan diketahui juga peranannya dalam proses mental,dan disana juga dikembangkan terapi untuk pasien berupa rekreasi dan pekerjaan,serta diterapkan juga psikoterapi untuk mengobati penyakit mental. Sedangkan di Yahudi, penyakit mental diartikan sebagai suatu hukuman dari Allah dan perawatannya hanya dengan bertaubat kepada-Nya. Namun secara segi kemanusiaan juga diperhatikan pada masa-masa ini, yaitu didirikannya rumah sakit di Yerusalem untuk para pasien penyakit mental.

3. Kesehatan Mental Pada Abad Pertengahan ( Abad Gelap)

Pada abad pertengahan, banyak kebiasaan baik yang telah dibina dalam ilmu kedokteran sebelumnya tidak diteruskan,dan hal yang lebih buruk seperti takhayul dan ilmu tentang setan malah dihidupkan kembali. Exorcisme pada abad ini digunakan sebagai perawatan orang yang mengalami gangguan mental. Yaitu dengan menggunakan mantra- mantra dan jimat-jimat.

4. Kesehatan Mental Pada Zaman Renaisans

Pada zaman ini mungkin digambarkan sebagai “terang dalam kegelapan”. Di Switzerland, mengakui penyebab-penyebab penyakit mental dan menolak adanya demonology. Di Prancis, lebih menggunakan pendekatan yang manusia terhadapa para pasien sakit mental,menganggap bahwa penyakit mental tidak berbeda dengan penyakit fisik.

5. Kesehatan Mental Pada Abad XVII – Abad XX

Pada abad ini peralihan dan pendekatan demonologis ke pendekatan ilmiah terhadap penyakit mental tidak terjadi dalam waktu yang singkat. Disini dipusatkan pada klasifikasi dan system, suatu hal yang mungkin sama dengan analisis system. Di jerman, sangat menentang
kekangan-kekangan yang sangat kejam terhadap para pasien sakit mental dan menyarankan agar memberikan perawatan yang manusiawi terhadap orang-orang gila.

Perkembangan Kepribadian Menurut Freud dan Erik. H. Erikson.
Menurut Freud, kepribadian telah cukup terbentuk pada akhir tahun kelima, dan bahwa perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan elaborasi terhadap struktur dasar tersebut. Freud beranggapan bahwa kanak-kanak adalah ayahnya manusia “ The Child is the Father of Man” . Dalam menyelidiki masa anak-anak Freud tidak langsung menyelidiki anak-anak, melainkan kepada ingatan orang dewasa kepada masa kanak-kanaknya. Kepribadian berkembang sebagai respon terhadap empat sumber tegangan pokok, yakni :

1. proses-proses pertumbuhan fisiologis,
2. frustasi-frustasi,
3. konflik-konflik,
4. ancaman-ancaman.

Akibat dari tegangan yang ditimbulkan oleh sumber-sumber ini, maka sang pribadi terpaksa mempelajari cara baru untuk mereduksi atau mengurangi ketegangan yang dihadapi tersebut. Proses belajar inilah yang dimaksudkan dengan perkembangan kepribadian. Namun ada 2 cara yang digunakan individu untuk belajar mengatasi sumber-sumber tegangan tersebut, yakni : Identifikasi dan Pemindahan. Identifikasi didefinisikan sebagai metode yang digunakan orang untuk mangambil alih cirri-ciri orang lain dan menjadikannya bagian yang tak terpisahkan dari kepribadiannya sendiri. Kita memilih sebagai model orang-orang yang tampak lebih berhasil dalam memuaskan berbagai kebutuhan daripada kita. Contohnya ketika anak mengidentifikasikan diri dengan orang tua nya karena orang tua nya tampak segala-galanya. Ketika anak bertambah besar, mereka akan menemukan orang-orang lain yang prestasi-prestasi nya lebih sejalan dengan hasrat baru mereka untuk diidentifikasi. Setiap masa cenderung mempunyai tokoh-tokoh identifikasinya sendiri yang khas. Sedangkan pemindahan yang dimaksudkan yaitu menemukan objek yang mampu sedikit mengurangi tegangan yang tak tersalurkan. Namun, suatu objek pengganti jarang dapat memberikan kepuasan atau mereduksikan tegangan seperti objek asli nya, dan semakin objek pengganti itu berbeda dari yang asli, maka semakin sedikit tagangan yang direduksikan.oleh sebab itu terkadang objek yang digunakan untuk mereduksi suka berubah-ubah hingga menemukan yang cocok.
Sedangkan Erik H. Erikson berpendapat perkembangan berlangsung melalui tahap-tahap. Empat tahap pertama terjadi pada masa bayi dan kanak-kanak, tahap kelima pada masa adolescence, dan ketiga tahap terakhir terjadi pada masa dewasa dan usia tua. Apa yang terjadi pada tahap-tahap ini sangat penting bagi kepribadian dewasa dan masing-masing tahap ikut serta dalam membentuk seluruh kepribadian. Tahap – tahap tersebut, yakni :

1. Kepercayaan Dasar Vs Kecurigaan Dasar

Kepercayaan dasar yang paling awal terbentuk selama tahap sensorik-oral dan ditunjukan oleh bayi. Berkat kepercayaan dan keakrabannya dengan orang yang menjalankan fungsi keibuan, maka bayi mampu menerima bahwa orang tersebut mungkin tidak ada untuk sementara waktu. Melalui kontinuitas pengalaman dengan orang-orang dewasa bayi belajar menggantungkan diri dan percaya pada mereka, tetapi mungkin yang lebih penting ia belajar mempercayai dirinya sendiri. Kepastian semacam itu harus mengalahkan lawan negative dari kepercayaan dasar, yakni kecurigaan dasar.

2. Otonomi Vs Perasaan Malu dan Keragu-raguan

Pada tahap kedua ini anak mempelajari apakah yang diharapkan dari dirinya, apakah kewajiban dan hak nya disertai, apakah pembatasan-pembatasan yang dikenakan pada dirinya. Disini anak akan dituntut untuk bisa mengontrol diri sendiri dan dituntut untuk bisa menerima control dari orang lain dalam lingkungan. Orang dewasa akan membantu mengembangkan sifat otonomi dan akhirnya mandiri. Inilah tahap saat berkembangnya kebebasan pengungkapan diri dan sifat penuh kasih sayang. Rasa mampu mengendalikan diri akan menimbulkan dalam diri anak rasa memiliki kemauan baik dan bangga, sebaliknya rasa kehilangan control diri akan mengakibatkan perasaan malu dan keragu-raguan pada anak.

3. Inisiatif Vs KesalahaN

Tahap inisiatif adalah suatu masa untuk memperluas penguasaan dan tanggung jawab. Selama pada tahap ini anak menampilkan diri lebih maju dan lebih seimbang secara fisik dan kejiwaaan. Namun bahaya dari tahap ini adalah perasaan bersalah yang dapa menghantui anak karenaterlampau bergairah memikirkan tujuan-tujuan. Anak mulai ingin sekali belajar, dan mampu belajar dengan baik pada tahap ini. Ia berjuang untuk tumbuh dalam arti melaksanakan kewajiban-kewajiban dan menunjukan prestasi.

4. Kerajinan Vs Inferioritas

Pada tahap ini anak harus belajar mengontrol imajinasi nya yang sangat kaya, dan mulai menempuh pendidikan formal. Ia mengembangkan sikap rajin dan mempelajari ganjaran dari ketekunan dan kerajinan. Bahaya dari tahap ini adalah anak bisa mengembangkan perasaan rendah diri apabila ia tidak berhasil menguasai tugas-tugas yang diberikan oleh guru atau orang tuanya.
5. Identitas Vs Kekacauan Identitas
Selama masa adolescence, individu mulai merasakan suatu perasaan tentang identitasnya sendiri, perasaan bahwa ia adalah manusia unik. Inilah masa dimana ketika orang ingin menentukan siapakah ia pada saat sekarang dan ingin menjadi apakah ia di masa yang akan datang. Ini adalah masa untuk membuat rencana-rencana karier. Namun selama tahap pembentukan identitas seorang remaja, mungkin merasakan penderitaan akibat kekacauan identitas (peranan). Keadaan ini dapat menyebabkan orang merasa terisolasi, hampa, cemas, dan bimbang.

6. Keintiman Vs Isolasi

Pada tahap ini, orang dewasa awal ingin menyatukan identitasnya dengan orang lain. Mereka mendambakan hubungan yang intim dan akrab. Dan mereka membutuhkan seseorang untuk dicintai dan diajak mengadakan hubungan-hubungan seksual, dan dengan siapa seseorang dapat berbagi rasa dalam suatu hubungan kepercayaan. Bahaya nya pada tahap ini adalah kecenderungan menghindari hubungan karena mereka tidak mau melibatkan diri mereka dalam keintiman.

7. Generativitas Vs Stagnasi

Cirri tahap generativitas adalah perhatian terhadap apa yang dihasilkan, seperti keturunan, produk-produk, ide-ide. Nilai pemeliharaan berkembang pada tahap ini, terungkap pada kepedulian seseorang pada orang lain, dalam keinginan memberikan perhatian pada mereka yang membutuhkannya serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan mereka. Ini tercapai lewat kegiatan membesarkan anak dan mengajar, member contoh dan mengawasi.

8. Integritas Vs Keputusasaan

Tahap terakhir ini disebut integritas. Integritas dilukiskan sebagai suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara benda-benda, produk, dan ide-ide dan berhasil dalam menyesuaikan diri dengan keberhasilan dan kegagalan dalam hidup. Prestasi semacam itulah individu dapat menikmati keuntungan dari ketujuh tahap kehidupan. Dengan bangga mereka memelihara gaya hidupnya sendiri dan mempertahankannya dari berbagai potensi ancaman. Lawan dari integritas yakni keputusasaan dapat memperburuk perasaan bahwa kehidupan ini tak berarti, bahwa ajal sudah dekat, ketakutan dan bahkan keinginan untuk mati.

Kepribadian Sehat..??

Banyak pertanyaan mengenai arti kepribadian sehat. Banyak orang yang mengasumsikan dengan berbagai teori. Cukup banyak definisi tentang kepribadian sehat menurut beberapa pakar terkenal di dunia seperti yang dikemukakan oleh Gordon Allport dan Carl Rogers.
Allport mengemukakan, kepribadian yang matang tidak dikontrol oleh trauma-trauma dan konflik-konflik masa kanak-kanak. Orang yang sehat adalah orang yang bebas dari paksaan-paksaaan masa lampau. Pandangan orang yang sehat adalah ke depan, kepada peristiwa-peristiwa yang akan datang dan tidak mundur kembali kepada peristiwa masa kanak-kanak. Allport percaya bahwa hanya melalui pengalaman-pengalaman dan risiko-risiko yang menimbulkan tegangan baru ini, manusia dapat bertumbuh. Mereka yang sehat memiliki kebutuhan akan variasi, sensasi, dan tantangan baru. Mereka akan mencari pengalaman-pengalaman baru agar bisa menjadi pengalaman dalam hidupnya. Namun peran seorang ibu juga tidak kalah penting. Kekurangan perhatian pada anak akan menyebabkan anak menjadi agrerif, suka menuntut,dan pertumbuhan psikologis nya berkurang. Namun jika sejak kecil ia menerima keamanan, kasih sayang yang cukup, pertumbuhan positif akan terjadi sepanjang tingkat munculnya diri dan anak akan membentuk suatu identitas dan gambaran diri. Maka kedepannya pasti akan membentuk suatu kepribadian dewasa yang sehat dan matang.

Namun menurut Rogers pengalaman-pengalaman masa lampau dapat mempengaruhi cara bagaimana kita memandang masa sekarang yang akan mempengaruhi tingkat psikologis kita. Jadi pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak adalah penting. Menurut Rogers syarat utama timbulnya kepribadian yang sehat adalah penerimaan penghargaan positif tanpa syarat pada masa kecil. Ketika seorang ibu memberikan cinta dan kasih sayang nya tanpa memperhatikan bagaimana anak bertingkah laku. Cinta dan kasih sayang yang diberikan ibu secara bebas ini akan menjadikan sikap sang anak mengikuti norma lingkungan. Kepribadian yang sehat juga bukan merupakan suatu keadaan dari ada, melainkan suatu proses.dan juga suatu proses yang sukar dan kadang-kadang menyakitkan. Aktualisasi diri merupakan suatu ujian, rintangan dan pecutan terus menerus terhadap semua kemampuan seseorang. Kepribadian menurut Rogers juga yakni mereka yang benar-benar adalah diri mereka sendiri, bukan orang lain, bersembunyi di belakang topeng-topeng atau kedok-kedok yang berpura-pura menjadi sesuatu yang bukan diri mereka sendiri.

Daftar Pustaka

Siswanto. 2007. Kesehatan Mental : Konsep, Cakupan dan Perkembangannya. Yogyakarta : Andi Yogyakarta

Semium, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental. Yogyakarta : Kanisius

Scultz, Duanne. 1991. Psikologi Pertumbuhan : Model-model Kepribadian Sehat. Yogyakarta : Kanisius

KONSEP SEHAT DAN DIMENSINYA.

Bagi kebanyakan orang, sehat itu diartikan dimana kondisi tubuh yang tidak mengalami suatu penyakit apapun. Yang dimaksud disini adalah sehat merupakan keadaan yang baik, dan sakit merupakan keadaan yang buruk. Lalu apakah arti dari sehat itu sendiri dalam artian sesungguhnya? Serta apa saja dimensi didalamnya? Dalam kesempatan ini, saya akan membahas mengenai Konsep Sehat Serta Dimensinya.

Apa Itu Konsep Sehat?

Untuk istilah sehat itu sendiri, masih banyak yang diartikan berbeda dari setiap pakar. Berikut pengertian sehat dari beberapa pakar dari lembaga yang berkompeten dalam bidang kesehatan.

Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO, 1947).

Definisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang dapat meningkatkan konsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle. 1994) :

1. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.
2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.
3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.

Sehat Menurut Depkes RI :

Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor -faktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam konteks pengertian yang lain. Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain-lain bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan manusia beradap -tasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun sosio budaya.

Sehat Menurut UU No.23,1992 tentang Kesehatan :

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur –unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan. Definisi sakit: seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun (kronis), atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya terganggu. Walaupun seseorang sakit (istilah sehari -hari) seperti masuk angin, pilek, tetapi bila ia tidak terganggu untuk melaksanakan kegiatannya, maka ia di anggap tidak sakit(2).

Dimensi Sehat..!!!

Dalam hal ini, sehat harus dinilai sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.
Keempat dimensi kesehatan tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi dalam mewujudkan tingkat kesehatan seseorang :

1. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluhsakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampaksakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalamigangguan.

2. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran,emosional, dan spiritual.
 Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
 Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untukmengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dansebagainya.
 Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikanrasa syukur, pujian, kepercayaan.

3. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras,suku, agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dansebagainya, serta saling toleran dan menghargai.

4. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial.

Semioun, yustinus.2006. Kesehatan Mental 1.Yogyakarta : Kanisius
Sutardjo A. Wiraminardja.2010.Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung : Refika aditama