banyak faktor kenapa gue milih psikologi. mungkin yang awalnya gue cuma menyukai satu dari bagian psikologi kok jadi makin tertarik untuk mempelajari nya.
awalnya gue yang sering pindah sekolah karna bokap gue sering pindah tugas, jadi gue mulai mempelajari bagaimana cara menyesuaikan diri dengan berbagai tempat, keadaan, dan gimana temen-temen baru gue.
pertamanya memang susah, karna emang karakter dari gue nya sendiri itu susah bergaul. gue itu aslinya pemalu, pendiem, berubah untuk lebih aktif bersosialisasi. karna suatu kejadian dimana gue mencoba untuk berubah dari sikap-sikap gue itu. ga akan berkembang deh kalo misalnya sikap negatif kita masih disimpen, kalo mau maju ya kita mulai duluan jangan tunggu orang untuk mendorong kita untuk maju.
dari banyak temen gue belajar dari mereka untuk melihat cara pandang mereka tentang hidup nya bagaimana, cara menyikapi berbagai masalah, cara menjalani hidup bagaimana.
karna masa-masa sulit dimana gue mengalami berbagai konflik yang memang biasa terjadi pada anak usia remaja, gue mulai berfikir bagaimana merealisasikan semua masalah gue ke dalam hal positif.
banyak temen gue mendukung untuk berbuat lebih baik lagi, dengan cara tegar dan sabar, tetap tersenyum. dari situ gue mulai belajar bagaimana menjalani hidup untuk lebih mengambil positifnya.
makin tertarik dengan psikologi dengan adanya temen-temen gue yang sering menceritakan bagaimana hidupnya dan masalah-masalahnya, gue semakin bisa mengambil keputusan untuk membantu temen gue, walaupun cara dan saran yang gue kasih mungkin belum sesempurna atau secanggih para psikolog, tapi gue berusaha memahami makna dari setiap cerita dari temen-temen gue. memberi motivasi dan dukungan pastinya.
semoga studi gue kali ini bermanfaat bagi semua orang, amin.
Sabtu, 26 Februari 2011
rumus matematika dalam psikologi
Analisis Regresi Ganda
Analisis regresi sederhana maupun analisis regresi ganda, keduanya berada dalam satu bendera yang sama yaitu Analisis Regresi. Jadi keduanya bukan merupakan teknik analisis yang berbeda, tetapi analisis yang sama hanya saja diterapkan pada situasi yang berbeda. Karena melibatkan lebih dari satu prediktor, tentu saja perhitungan dalam analisis regresi ganda akan lebih rumit.
Regresi Ganda dan Regresi dengan Satu Prediktor
Sebenarnya pemikiran mengenai analisis regresi ganda itu seperti melakukan beberapa kali analisis regresi, satu kali untuk tiap prediktor. Analisis regresi ganda menjadi lebih rumit karena seringkali kedua prediktor memiliki hubungan yang mempengaruhi hubungan tiap prediktor dengan kriterion. Hal ini yang membuat hasil analisis regresi dengan menggunakan lebih dari satu prediktor akan berbeda dengan analisis regresi untuk tiap prediktornya. Perbedaan muncul misalnya dalam hasil estimasi b dan R2 nya.
Validitas Pengukuran
Pada intinya validitas pengukuran memberikan gambaran mengenai seberapa jauh pengukuran yang kita lakukan itu memang mengukur sesuai yang ingin diukur. Maksudnya apakah pengukuran telah memenuhi tujuannya. Misalnya kita ingin mengukur inteligensi, maka apakah alat yang kita pakai untuk mengukur inteligensi itu memang benar-benar mengukur inteligensi bukan yang lain misalnya seperti yang dicurigai orang selama ini : kemampuan akademik. Atau jika kita ingin mengukur kecemasan, apakah alat yang kita pakai memang mengukur kecemasan bukan depresi
Validitas tampang; pendekatan ini menggunakan penilaian subjektif dari subjek atau testee mengenai keabsahan tes. Tentunya metode ini hanya dapat digunakan jika tujuan alat ukur memang secara jelas dapat diketahui oleh testee. Misal tes yang digunakan di kelas untuk mengukur hasil belajar.Validitas tampang yang tinggi dapat diperoleh jika testee setuju kalau tes yang mereka kerjakan memang mengukur apa yang ingin diukur. Validitas tampang yang tinggi dapat berarti buruk pada tes atau skala yang tujuan pengetesannya sebaiknya tidak diketahui oleh subjek. Misalnya skala sikap. Jika subjek dapat mengetahui tujuan pengukuran dari melihat tes, maka kita akan meragukan hasil pengukurannya. Karena subjek memiliki kemungkinan untuk memberikan respon yang bias (tidak sesuai dengan apa yang dia alami tapi lebih pada respon yang seharusnya diberikan).
Analisis regresi sederhana maupun analisis regresi ganda, keduanya berada dalam satu bendera yang sama yaitu Analisis Regresi. Jadi keduanya bukan merupakan teknik analisis yang berbeda, tetapi analisis yang sama hanya saja diterapkan pada situasi yang berbeda. Karena melibatkan lebih dari satu prediktor, tentu saja perhitungan dalam analisis regresi ganda akan lebih rumit.
Regresi Ganda dan Regresi dengan Satu Prediktor
Sebenarnya pemikiran mengenai analisis regresi ganda itu seperti melakukan beberapa kali analisis regresi, satu kali untuk tiap prediktor. Analisis regresi ganda menjadi lebih rumit karena seringkali kedua prediktor memiliki hubungan yang mempengaruhi hubungan tiap prediktor dengan kriterion. Hal ini yang membuat hasil analisis regresi dengan menggunakan lebih dari satu prediktor akan berbeda dengan analisis regresi untuk tiap prediktornya. Perbedaan muncul misalnya dalam hasil estimasi b dan R2 nya.
Validitas Pengukuran
Pada intinya validitas pengukuran memberikan gambaran mengenai seberapa jauh pengukuran yang kita lakukan itu memang mengukur sesuai yang ingin diukur. Maksudnya apakah pengukuran telah memenuhi tujuannya. Misalnya kita ingin mengukur inteligensi, maka apakah alat yang kita pakai untuk mengukur inteligensi itu memang benar-benar mengukur inteligensi bukan yang lain misalnya seperti yang dicurigai orang selama ini : kemampuan akademik. Atau jika kita ingin mengukur kecemasan, apakah alat yang kita pakai memang mengukur kecemasan bukan depresi
Validitas tampang; pendekatan ini menggunakan penilaian subjektif dari subjek atau testee mengenai keabsahan tes. Tentunya metode ini hanya dapat digunakan jika tujuan alat ukur memang secara jelas dapat diketahui oleh testee. Misal tes yang digunakan di kelas untuk mengukur hasil belajar.Validitas tampang yang tinggi dapat diperoleh jika testee setuju kalau tes yang mereka kerjakan memang mengukur apa yang ingin diukur. Validitas tampang yang tinggi dapat berarti buruk pada tes atau skala yang tujuan pengetesannya sebaiknya tidak diketahui oleh subjek. Misalnya skala sikap. Jika subjek dapat mengetahui tujuan pengukuran dari melihat tes, maka kita akan meragukan hasil pengukurannya. Karena subjek memiliki kemungkinan untuk memberikan respon yang bias (tidak sesuai dengan apa yang dia alami tapi lebih pada respon yang seharusnya diberikan).
Langganan:
Postingan (Atom)